Map of the Republic of Indonesia

Whereas independence is the inalienable right of all nations, therefore, all colonialism must be abolished in this world as it is not in conformity with humanity and justice.

ONCE AND FOREVER

The Battle of Surabaya was fought between pro-independence Indonesian soldiers and militia against British and Dutch troops as a part of the Indonesian National Revolution.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Daftar Candi di Indonesia

Jawa Barat
1. Candi Cangkuang.

Photobucket

Candi Cangkuang adalah sebuah candi Hindu yang terdapat di Kampung Pulo, wilayah Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut, Jawa Barat. Candi inilah juga yang pertama kali ditemukan di Tatar Sunda serta merupakan satu-satunya candi Hindu di Tatar Sunda.

Sejarah

Candi ini pertama kali ditemukan pada tahun 1966 oleh tim peneliti Harsoyo dan Uka Candrasasmita berdasarkan laporan Vorderman (terbit tahun 1893) mengenai adanya sebuah arca yang rusak serta makam leluhur Arif Muhammad di Leles. Selain menemukan reruntuhan candi, terdapat pula serpihan pisau serta batu-batu besar yang diperkirakan merupakan peninggalan zaman megalitikum. Penelitian selanjutnya (tahun 1967 dan 1968) berhasil menggali bangunan makam.

Photobucket

Walaupun hampir bisa dipastikan bahwa candi ini merupakan peninggalan agama Hindu (kira-kira abad ke-8 M, satu zaman dengan candi-candi di situs Batujaya dan Cibuaya?), yang mengherankan adalah adanya pemakaman Islam di sampingnya.

Geografi

Candi Cangkuang terdapat di sebuah pulau kecil yang bentuknya memanjang dari barat ke timur dengan luas 16,5 ha. Pulau kecil ini terdapat di tengah danau Cangkuang pada koordinat 106°54'36,79" Bujur Timur dan 7°06'09" Lintang Selatan. Di Wikimapia [1]. Selain pulau yang memiliki candi, di danau ini terdapat pula dua pulau lainnya dengan ukuran yang lebih kecil.

Photobucket
Patung Dalam Candi

Lokasi danau Cangkuang ini topografinya terdapat pada satu lembah yang subur kira-kira 600-an m l.b.l. yang dikelilingi pegunungan: Gunung Haruman (1.218 m l.b.l.) di sebelah timur - utara, Pasir Kadaleman (681 m l.b.l.) di timur selatan, Pasir Gadung (1.841 m l.b.l.) di sebelah selatan, Gunung Guntur (2.849 m l.b.l.) di sebelah barat-selatan, Gunung Malang (1.329 m l.b.l.) di sebelah barat, Gunung Mandalawangi di sebelah barat-utara, serta Gunung Kaledong (1.249 m l.b.l.) di sebelah utara.

Bangunan Candi

Bangunan Candi Cangkuang yang sekarang dapat kita saksikan merupakan hasil pemugaran yang diresmikan pada tahun 1978. Candi ini berdiri pada sebuah lahan persegi empat yang berukuran 4,7 x 4,7 m dengan tinggi 30 cm. Kaki bangunan yang menyokong pelipit padma, pelipit kumuda, dan pelipit pasagi ukurannya 4,5 x 4,5 m dengan tinggi 1,37 m. Di sisi timur terdapat penampil tempat tangga naik yang panjangnya 1,5 m dan lébar 1,26 m.

Tubuh bangunan candi bentuknya persegi empat 4,22 x 4,22 m dengan tinggi 2,49 m. Di sisi utara terdapat pintu masuk yang berukuran 1,56 m (tinggi) x 0,6 m (lebar). Puncak candi ada dua tingkat: persegi empat berukuran 3,8 x 3,8 m dengan tinggi 1,56 m dan 2,74 x 2,74 m yang tingginya 1,1 m. Di dalamnya terdapat ruangan berukuran 2,18 x 2,24 m yang tingginya 2,55 m. Di dasarnya terdapat cekungan berukuran 0,4 x 0,4 m yang dalamnya 7 m (dibangun ketika pemugaran supaya bangunan menjadi stabil).

Photobucket

Di antara sisa-sisa bangunan candi, ditemukan juga arca (tahun 1800-an) dengan posisi sedang bersila di atas padmasana ganda. Kaki kiri menyilang datar yang alasnya menghadap ke sebelah dalam paha kanan. Kaki kanan menghadap ke bawah beralaskan lapik. Di depan kaki kiri terdapat kepala sapi (nandi) yang telinganya mengarah ke depan. Dengan adanya kepala nandi ini, para ahli menganggap bahwa ini adalah arca Siwa. Kedua tangannya menengadah di atas paha. Pada tubuhnya terdapat penghias perut, penghias dada dan penghias telinga.

Keadaan arca ini sudah rusak, wajahnya datar, bagian tangan hingga kedua pergelangannya telah hilang. Lebar wajah 8 cm, lebar pundak 18 cm, lebar pinggang 9 cm, padmasana 38 cm (tingginya 14 cm), lapik 37 cm & 45 cm (tinggi 6 cm dan 19 cm), tinggi 41 cm.

Photobucket
Candi cangkuang yang berada ditengah danau

Candi Cangkuang sebagaimana terlihat sekarang ini, sesungguhnya adalah hasil rekayasa rekonstruksi, sebab bangunan aslinya hanyalah 35%-an. Oleh sebab itu, bentuk bangunan Candi Cangkuang yang sebenarnya belumlah diketahui.

Candi ini berjarak sekitar 3 m di sebelah selatan makam Arif Muhammad.

2. Candi Jiwa (Kerawang)

Photobucket
Candi Jiwa, hanya tinggal pondasi yang tersisa, tidak diketahui bentuk asli seperti apa

Temple of the Soul is part of some royal relic temple Tarumanegara. This Buddhist temple was first discovered by a farmer in 1984 a shepherd found the animal dead in that place. The location of this site is in Segaran village, Kecamatan Batu Jaya Karawang regency, West Java, about 36 km from Market Rengasdengklok.

Photobucket

Together Pandi guide who is also the local population we look around the temple of the Soul, Blandongan and an old well located on the temple site Unur Plate. Pandi tell apart the rest of the temple at the site also found pottery, human skeleton as well as jewelry and swords. Excavations led by hall of Antiquities of Banten Province. Temple of Soul is a temple that has been completely refurbished, as shown in the picture.

Jawa Tengah
Kabupaten Magelang

Pesawat Made In Indonesia

bila dihitung dengan berdirinya IPTN (nurtanio) tahun 1976, maka 30 tahun lebih industri dirgantara ini berjalan, sudah banyak produk yang di hasilkan.

Tapi bila berbicara mengenai proyek2nya, yang jalan tak banyak, hingga kini yang tertinggal hanya 2, NC-212 dan segera membuat C-212 seri 400 dan CN-235.

Adapun proyek2 pesawat yang pernah di buat PT.DI (selain lisensi) adalah :
1. N-250 berlanjut dengan N-250R (tidak ada beritanya lagi)
2. N-2130 jet ( berhenti)
3. N-219 commuter aircraft (nunggu pemodal)
4. ATRA-90 pesawt jet 120 penumpang dengan mesin propfan bekerja sama dengan boeing-mbb (berhenti)
5. NMX, executive jet dengan pemodal aeronimbus (berhenti)
6. Belibis WiG 8 penumpang dengan BPPT (belum ada kelanjutan)
7. CN-235 Next G (sedang berjalan, syukur sampai produksi)

untuk helicopter:
1. BN-109 bekerja sama dengan MBB (kini eurocopter) 1986-1987 (berhenti).
2. NH-2 dan NH-5 tahun 1996 (berhenti)

N-2130


Industri penerbangan Indonesia memang sarat kontroversi. Pernah melompat sangat maju, saat badai krisis ekonomi menghantam ia pun ikut terjungkal. Kini nyaris tak ada jejak kejayaannya yang tersisa. Tonggak sejarah penerbangan di Tanah Air memancang sejak 1948, ketika Wiweko Soepono berhasil menerbangkan pesawat rancangannya sendiri, RI-X WEL-1, di Pangkalan Udara Maospati, Madiun, Jawa Timur. Enam tahun kemudian, Nurtanio Pringgoadisuryo menyusul jejak Wiweko, menerbangkan pesawat NU-200 Si Kumbang. Sejak saat itu, deretan pesawat sederhana buatan dalam negeri berhasil mengudara, antara lain pesawat Belalang (pesawat latih), Si Kunang (pesawat olahraga yang dilengkapi dengan mesin Volkswagen), dan Kolintang. Lompatan lebih jauh terjadi mulai 1980-an. Saat itu Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN)-kini PT Dirgantara Indonesia (DI)-berhasil memperoleh lisensi pabrik pembuat pesawat dunia. Misalnya NC-212 (lisensi Casa), helikopter Puma, Super Puma (lisensi Prancis), dan helikopter Bell-412 (lisensi Amerika). Bekerja sama dengan Casa Spanyol, pada 1983, IPTN berhasil membuat CN-235, pesawat bermesin ganda berkapasitas 35 orang penumpang. Baru berjalan satu dasawarsa, saat posisi pesawat CN-235 di pasaran belum mapan, IPTN, yang dikomandoi Baharuddin Jusuf Habibie, langsung beralih ke pembuatan pesawat N-250 berkapasitas 60-70 penumpang. Dari sisi teknologi, N-250 tergolong sangat maju. Bermesin ganda Turboprop, N-250 telah memakai sistem kendali penerbangan fly-by-wire (FBW), mengganti komponen mekanik dengan komponen elektrik. Saat itu, IPTN menjadi pabrik pesawat terbang ketiga di dunia yang menggunakan teknologi FBW, setelah Airbus untuk A-320 (Eropa) dan Boeing untuk B-777 (Amerika). Sewaktu meluncurkan N-250 pada 1995, Habibie mengumumkan peluncuran proyek baru pesawat berbadan lebar N-2130. Pesawat ini bermesin ganda Turbojet, berkapasitas 100-130 penumpang. Kritik seketika mengalir deras. Habibie dianggap terlalu ambisius mengembangkan teknologi mercusuar tanpa memikirkan pemasarannya. Lompatan ke industri pesawat terbang berbadan lebar dinilai merupakan kesalahan fatal karena di kelas itu sudah terlalu banyak pemain mapan, seperti Airbus dan Boeing. Namun Habibie bersikukuh dengan proyek masa depannya. Hanya krisis ekonomi yang menerjang Indonesia pada 1997 yang mampu memupus ambisinya. Pemerintah menghentikan subsidi untuk kedua proyek itu. Akibatnya, proyek N-250, yang masih dalam uji terbang, dan proyek N-2130, yang baru tahap akhir rancangan awal, pun berhenti total. Direktur Teknologi PT Dirgantara Indonesia, Mochayan, mengatakan bahwa pihaknya belum bisa menghidupkan lagi kedua proyek yang mati mendadak itu. Mochayan mengakui, proyek N-250 bisa saja dibangkitkan. Tapi, selain memerlukan dana yang sangat besar, pemasarannya semakin sulit. "Kita sudah telat masuk pasar," katanya pekan lalu. Permintaan pasar pesawat komuter berbadan sedang yang muncul pada akhir 1990-an itu kini sudah diambil perusahaan lain yang memproduksi pesawat sekelas. Kalau N-250 yang hampir jadi saja terhenti, apalagi proyek N-2130 yang baru tahap rancangan. PT Dirgantara Indonesia sama sekali tak berminat menghidupkannya lagi. Di samping biaya pengembangannya terlalu mahal, persaingan di pasar jauh lebih berat. "Tidak feasible," kata Sekretaris Perusahaan PT Dirgantara Indonesia, Muchtar Sharief. Djoko Sardjadi, pakar penerbangan dari Aerospace Design Centre Teknik Penerbangan Institut Teknologi Bandung, menilai, meski nyaris bangkrut total, PT Dirgantara Indonesia sebenarnya tak bisa dikatakan gagal total. Dari sisi teknologi penerbangan, perusahaan itu telah mencapai prestasi yang spektakuler. Kegagalan yang terjadi, menurut Djoko, lebih merupakan kegagalan manajemen dalam pengembangan bisnis. Untuk pengembangan bisnis, Djoko menyarankan, setidaknya untuk 15 tahun ke depan, perusahaan berfokus ke pembuatan CN-235 dan pengembangan pesawat kecil, 10-20 penumpang. Pasar untuk pesawat kecil, kata Djoko, masih sangat terbuka, baik di pasar domestik, pasar regional Asia Tenggara, maupun pasar internasional. Keuntungan lainnya, produk pesawat kelas itu akan memakai teknologi yang ada dan sarana pemeliharaan yang sama. Menurut Muchtar, PT Dirgantara Indonesia memang sudah memilih mengembangkan pesawat kecil. Bekerja sama dengan Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand, perusahaan itu tengah mengembangkan pesawat berbaling-baling berkapasitas 19 penumpang. Pesawat bernama N-219 itu diperkirakan masuk pasaran tiga tahun mendatang. Harga jual pesawat bermesin ganda itu antara US$ 2,5 juta dan US$ 3 juta. Biaya operasionalnya sekitar US$ 200 per jam. "Harga dan biaya operasionalnya terjangkau, termasuk oleh pengusaha Indonesia," ujar Muchtar. Prospek pasarnya? Menurut kajian PT Dirgantara Indonesia, untuk kawasan regional Asia Tenggara saja, dalam 10 tahun ke depan kebutuhan pesawat sekelas N-219 bisa mencapai 600 buah. Di samping itu, pasar dalam negeri pun tergolong bagus. Maklum, masih banyak landasan yang tidak bisa didarati pesawat berbadan menengah dan lebar.

N-219



N-219 is a new generation of aircraft, designed with a true multi mission and multi purpose on remote areas in mind. It combines the most modern and robust aircraft system technologies with tried and proven all metal aircraft construction.
It has the largest cabin volume in its class and flexible door system to be efficiency utilized in multi mission passenger and cargo transport.



Indonesian Aerospace (IAe) is developing a new 19-seat aircraft, the N219. I spoke with the aircraft-maker's director of aero-structure Andi Alisjahbana, who sent me these pictures of the aircraft.

IAe already makes the CASA 212-200 under licence from Spain but the Indonesians are developing the N219 independently of CASA and argue that the Indonesian aircraft will not compete against the 212 because it is a slightly smaller aircraft and is a Part 23 rather than a Part 25 aircraft.

The Indonesians claim that the N219 will have a technologically-advanced tapered wing. Another selling point is that the cabin has three-abreast seating.

The product specs show the aircraft will have a maximum take-off weight of around 7t and its maximum payload will be 2.5t.

IAe will design the aircraft to take off from runways shorter than 600m-long.

It looks like the N219 will be competing for sales in the developing world against the Chinese-built Harbin Y12, which is also a 19-seat Part 23 aircraft. Although IAe is saying initially it will focus its sales efforts in Indonesia.

I've never really understood why China failed to pay more attention to developing its Y12 to capture the global market for 19-seat aircraft.

The competition in this segment had been pretty minimal and the Y12 is a good product. But now with IAe, Ruag (Dornier 228NG) and Viking Air (Twin Otter Series 400) coming into the market, things are going to get pretty crowded.

N-219 adalah pesawat generasi baru, yang dirancang oleh Dirgantara Indonesia dengan multi sejati multi misi dan tujuan di daerah-daerah terpencil. N-219 menggabungkan teknologi sistem pesawat yang paling modern dan canggih dengan mencoba dan terbukti semua logam konstruksi pesawat terbang. N-219 memiliki volume kabin terbesar di kelasnya dan pintu fleksibel efisiensi sistem yang akan digunakan dalam misi multi transportasi penumpang dan kargo. N-219 akan melakukan uji terbang di laboratorium uji terowongan angin pada bulan Maret 2010 nanti. Pesawat N219 baru akan bisa diserahkan kepada kostumer pertamanya untuk diterbangkan sekira tiga tahun atau empat tahun lagi. N-219 merupakan pengembangan dari NC-212.


Fitur Utama

  • Multi Purpose, dapat dikonfigurasi ulang
  • 19 Penumpang, tiga sejajar
  • Campuran kargo penumpang
  • Kinerja STOL
  • Biaya operasional rendah

Kinerja

  • Kecepatan jelajah maksimum: 213 KTS (395 km / jam)
  • Economical cruise speed: 190 KTS (352 km / jam)
  • Maksimum feri kisaran: 1.580 Nm
  • Take-off jarak (35 ft halangan): 465 m, ISA, SL
  • Landing jarak (50 ft halangan): 510 m, ISA, SL
  • Kecepatan stall: 73 KTS
  • Maximum take-off weight: 7.270 kg (16,000 lbs)
  • Maksimum payload: 2.500 kg (5.511 lb)
  • Tingkat panjat 2.300 ft / min semua operasi mesin
  • Range: 600 Nm