Fakta sejarah menunjukkan hubungan kedua bangsa yang kini dikenal sebagai nation-state Indonesia dan Malaysia sebenarnya pernah erat. United Malays National Organization (UMNO) memakai bendera Merah Putih dengan lambang Keris warna kuning ditengahnya. Bendera tidak sekedar hubungan warna. Ia memiliki sejarah yang menurut pejuang Malaya, Ahmad Boestaman, dicapai dengan darah.
Pejuang kemerdekaan Malaysia lainnya ada banyak. Mereka sebagian besar keturunan Minangkabau dan sebagian lagi keturunan Bugis. Sebagai pejuang anti penjajahan Inggris, mereka aktif di Kesatuan Melayu Muda (KKM), Partai Kesatuan Melayu Malaya (PKMM), dan di Partai Komunis Malaya (PKM). Ibrahim Jacob dan Ahmad Boestaman adalah pemimpin kemerdekaan yang paling dikenal di Semenanjung Malaya. Keduanya sangat terinspirasi oleh gelora kemerdekaan Indonesia dan dua pemimpin besar Indonesia : Tan Malaka dan Soekarno.
KKM didirikan di Kuala Lumpur, April 1939 oleh Ibrahim Jacob bersama Hasan Haji Manan, Idris Hakim, M. Isa Mahmud, dan Abdoellah Kamil (mantan besan Soeharto). Partai Komunis Malaya mendirikan Tentara Anti Jepang Rakyat Malaya (Malayan People's Anti Japanese Army) dan KKM bersama Ibrahim Jacob ikut Gyu Gun, milisi bentukan Jepang. Seperti Jaman pendudukan Jepang di Indonesia, Letnan Kolonel Ibrahim Jacob menamai pasukannya dengan PETA (Pembela Tanah Air). Ibrahim bersama Dr. Boerhanoeddin Helmi juga mendirikan KRIS (Kesatuan Rakyat Indonesia Semenanjung).
Bagi KRIS merdeka adalah untuk bersatu dengan Indonesia. Ibrahim bersama Boerhanoeddin Helmi menemui Soekarno-Hatta di Singapura tanggal 8 Agustus 1945 yang dalam perjalanan dari Jakarta menuju Dalat, Saigon, Vietnam Selatan untuk menemui Laksamana Terauchi. Dengan mengibarkan bendera Merah Putih saat menyambut Soekarno dan Hatta, keduanya menyatakan bahwa Semenanjung Malaya tidak dapat dipisahkan dari Indonesia Raya.
Mereka bertemu Soekarno dan Hatta lagi di Taiping, Perak, sekembalinya dari Dalat, 13 Agustus 1945. Kesepakatan yang dicapai adalah Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan 24 Agustus 1945 dan Semenanjung Malaya adalah bagian dari Indonesia Raya. Ternyata Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945 dan Soekarno Hatta tidak pernah menjelaskan ikhwal kesepakatan Taiping. Meski demikian, Soekarno pada tahun 1960-an menampung pejuang nasionalis Malaya di Jakarta saat konfrontasi dengan Malaysia.
Kecewa dengan melemahnya peran politik Melayu, KMM mendirikan Partai Kesatuan Melayu Malaya (PMKM) di Ipoh pada tanggal 17 Oktober 1945. Misi mereka tetap non kooperasi dan anti penjajahan. Pada Konggres I PMKM di Ipoh, 3 Desember 1945-yang sangat luar biasa dan sangat penting bagi sejarah Malaysia dan Indonesia-Konggres memutuskan bergabung dengan Indonesia dan bendera PMKM adalah Merah Putih.
Kemudian muncul gerakan Malayan Union (Malaya Bersatu), satu gagasan kolonial Inggris menghadapi gerakan kiri PMKM. Misinya membujuk elite feodal Malaya agar tetap di bawah kendali penjajahan Inggris. Gerakan kanan ini kemudian menjelma menjadi United Malays National Organization (UMNO), organisasi yang memilih gerakan lembut menghadapi Inggris.
Dalam PMKM terdapat unsur radikal kiri dan Islamis. Mereka beranggapan, demi perjuangan mengusir penjajah, perasaan perkauman dengan keturunan Cina dan India tidak dipermasalahkan. Bagi UMNO, perasaan perkauman menjadi penting agar daulat raja tetap eksis di tanah Melayu.
Perbedaan lainnya dengan PMKM adalah UMNO melihat bergabung dengan Indonesia bukan jalan terbaik bebas dari penjajahan Inggris dan (ketika itu) menolak Merah Putih sebagai bendera partai sebagaimana bendera PMKM. Untuk menghadapi gerakan kanan UMNO, pemimpin PMKM membentuk koalisi Pusat Tenaga Rakyat (Putera) gabungan berbagai organisasi nasionalis dan Islam, dimana PMKM berada didalamnya. Putera lalu mendirikan partai baru, Hizbul Muslimin. Akibat provokasi Inggris dan pihak kanan, Hizbul Muslimin tetap dianggap sebagai gerakan kiri radikal. Lima bulan setelah Hizbul Muslimin berdiri, tujuah pemimpinnya ditangkap Inggris dengan UU Keamanan Dalam Negeri.
Selanjutnya UMNO memang menjadi organisasi dominan berkat bimbingan Inggris dan dominasi pemimpin kanan Melayu. Persekutuan Tanah Melayu merdeka tanggal 31 Agustus 1957 dan lalu menjadi Malaysia dengan memasukkan Sabah dan Serawak (1963), lagi-lagi berkat Inggris.
Gerakan kiri pra UMNO menjadi "tidak penting" dalam sejarah pergeraan kebangsaan Malaysia. Gerakan nasionalis tidak lagi menjadi rujukan para elite politik Malaysia, seolah-olah bagian kelam pergerakan nasional rakyat Malaya.
Para pemimpin Malaysia sekarang tidak memiliki akses sejarah semacam itu karena dibesarkan dan dididik dalam wawasan kebangsaan dalam iklim koloni Inggris. Mungkin mereka tidak tahu proses penolakan dan penerimaan "Merah Putih" pada bendera UMNO sebagaimana juga "Merah Putih" pada bendera nasional Singapura (Zulhasril Nasir)
sumber : http://www.kaskus.us/showpost.php?p=353004490&postcount=101
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
http://www.kaskus.co.id/showpost.php?p=353004490&postcount=101
BalasHapus